Mikrobiologi Acara III STERILISASI DAN KERJA ASEPTIS
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA III
STERILISASI DAN KERJA ASEPTIS
Disusun Oleh:
Nama :
Aprian Aji Santoso
NIM :
A1L010222
Kelas :
Agrotek D
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bagian yang penting
dalam mikrobiologi adalah pengetahuan tentang cara-cara mematikan,
menyingkirkan, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Block, 2002). Cara
yang digunakan untuk menghancurkan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan
menyingkirkan mikroorganisme berbeda-beda tergantung spesies yang dihadapi.
Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda misalnya dalam
darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Hal tersebut juga dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan cara untuk menghancurkan
mikroorganisme yang digunakan tergantung pada pengetahuan, keterampilan dan
tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiap situasi yang dihadapi merupakan
kenyataan-kenyataan dasar yang dapat menuntun pada cara atau prosedur yang
harus dilakukan (Levine, 2000).
Tindakan untuk
membebaskan alat atau media dari mikroba adalah dengan sterilisasi. Secara
umum, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanik, fisik dan kimia. Teknik
aseptis dibutuhkan untuk mencegah ataupun mengurangi kontaminasi yang tidak
diinginkan. Mikroba memiliki karakteristik serta ciri yang berbeda dalam
persyaratan pertumbuhannya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba
inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Dalam melakukan kegiatan tersebut diperlukan keahlian dan keterampilan khusus. Sterilisasi
merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan
tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh
dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung
pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan
sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan.
Sebelum melakukan percobaan dengan
mikroorganisme, diperlukan proses dekontaminasi terlebih dahulu untuk
meminimalisir organisme yang aktif dari suatu sistem bakteri atau virus. Dekontaminasi
adalah proses menghilangkan atau membunuh mikroorganisme sehingga objek aman
untuk ditangani, tujuannya untuk melindungi praktikan yang melakukan percobaan
menggunakan bakteri atau semacamnya
Beberapa mikroorganisme memiliki resistensi terhadap dekontaminan kimia,
seperti : bakteri vegetatif, jamur, dan virus yang mengandung lipida relatif
yang mudah didekontaminasi dengan senyawa kimia. Virus yang tidak mengandung
lipida dan bakteri berlapis lilin memiliki tingkat resistensi tinggi. Resistensi
terhadap dekontaminan kimia dipengaruhi beberapa faktor, seperti : konsentrasi
dari zat aktif, lamanya kontak, pH, suhu, kelembapan, dan kehadiran senyawa
organik.
B. Tujuan
Mampu melakukan sterilisasi menggunakan
autoclave, filtrasi, tyndalisasi, dan kerja aseptis
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang di gunakan
yaitu autoclave, alcohol, hand sprayer dan media.
B. Prosedur Kerja
1.
BAB III
HASIL DA PEMBAHASAN
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
Sterilisasi
dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas
(kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh
bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma.
Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi
kecepatan tinggi atau oleh filtrasi
Macam-macam sterilisasi (Machmud,
2008):
Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1.
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
a.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
-
Penyinaran dengan UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV
3.
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.
Sterilisasi
dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup
tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim.
Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari
enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan
dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi
prosesing yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen
sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus
dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi
mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran
wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan (Machmud, 2008).
Sterilisasidengan udara kering, alat yang umum dikenal adalah oven. Alat ini dipakai untuk
mensterilkan alat-alat gelas seperti erlenmeyer, petridish, tabunng reaksi dan
alat gelas lainnya. bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat
disterilkan dengan alat ini. pada umunhya suhu yang digunakan pada sterilisasi
secara kering adalah 170 - 180 C selama palinng sedikit 2 jam. Lama
isterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya
(Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat didterilkan dengan oven
sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan
suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula
digunakan dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 1000C
selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikrobia. kemudian disimpan
pada suhu kamr 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel
vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi
24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi. Banyak bakteri
berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu
uap air bertekanan (Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, alat ini
disebut autoklaf (autoclave) untuk steriliasasi ini alat dilengkapi dengan
katup pengaman. Alat diisi dengan air kemudian bahan dimasukkan. Panaskan
sampai mendidih dan dari katup pengaman kelaur uap air dengan lancara lalu
ditutup. Suhu akan naik sampai 1210C dan biarkan selama 15 menit
(untuk industri pengalengan ada perhitungan tersendiri), lalu biarkan dingin
sampai tekanan normal dan klep pengaman dibuka, cara ini akan mematikan spora dengan cara penetrasi panas ke dalam
sel atau spora sehingga lebih cepat. Cara
mana yang dipilih tergantung bahan, biaya dan ketersediaan alat, untuk bahan yang tidak tahan panas,
maka cara diatas tidak dapat dipakai (Machmud, 2008).
Sterilisasi yang umum dilakukan
dapat berupa:
a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar
gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan
disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat “bejana/ruang panas” (oven
dengan temperatur 170o – 180oC dan waktu yang digunakan
adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).
b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan
penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti
pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang
lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005).
Macam-macam sterilisasi
Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1.
Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2.
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
·
Pemanasan :
a.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.
Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
·
Penyinaran dengan UV
Sinar
Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV
3.
Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara
lain alkohol.
Gambar 2.1 Desinfeksi meja kerja
(Machmud, 2008)
Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek)
yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk
mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar
digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung
mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan,
mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak
diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan.
Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan atau jas
laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik
aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi.
Pada kenyataanya teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari
bahaya kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin
mengurangi resiko yang ditimbulkan.
Teknik
aseptis digunakan pada saat :
- Teknik aseptis
seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan dengan
segala media pertumbuhannya.
- Teknik aseptis
sebaiknya digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari suatu botol tidak
berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat membuat buffer
meskipun buffer dengan konsentrasi garam tinggi atau mengandung deterjen.
- Teknik aseptis
disarankan pada saat kita bekerja menggunakan agen atau senyawa yang berbahaya
seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif. Tentu saja perlindungan diri
sendiri dari bahaya senyawa ini lebih penting.
Beberapa contoh
:
- Mentransfer
biakan dari media satu ke media lainnya. Bakteri kontaminan yang tumbuh tentu
saja dapat mengganggu kemurnian biakan dan mungkin saja membuat rancu hasil
yang didapatkan.
- Memfilter
media atau serum dan menghitung jumlah bakteri dengan cara filtrasi.
Kontaminasi yang ikut tersaring dapat tumbuh pada media baru yang membuat tidak
terpakainya media pertumbuhan tersebut atau mempengaruhi jumlah total bakteri.
- Membuka dan
merehidrasi bakteri terliofolisasi. Teknik aseptis dapat menjaga sel yang
terrehidrasi dari bakteri kontaminan dan menjaga tidak keluarnya sel ke meja
kerja.
- Melakukan
reaksi restriksi atau PCR. Walaupun enzim restriksi pada umumnya disimpan dalam
gliserol 50% (bakteriostatik) tapi enzim yang diencerkan akan lebih rentan
rusak akibat aktivitas mikroorganisme atau dihambat oleh ion atau unsur
tertentu. Kontaminasi DNA asing yang masuk ke dalam tube PCR mungkin dapat
teramplifikasi sehingga hasil yang didapat membingungkan.
- Melabeli sel dengan (32P) fosfat. Pada kasus ini kerja aseptis ditujukan untuk melindungi operator dari bahan kimia berbahaya. Jika menggunakan teknik aseptis maka Anda tidak akan membiarkan tutup bahan radioaktif terbuka atau secara tidak sengaja menggunakan pipet bekas bahan radioaktif.
- Melabeli sel dengan (32P) fosfat. Pada kasus ini kerja aseptis ditujukan untuk melindungi operator dari bahan kimia berbahaya. Jika menggunakan teknik aseptis maka Anda tidak akan membiarkan tutup bahan radioaktif terbuka atau secara tidak sengaja menggunakan pipet bekas bahan radioaktif.
Aturan umum
teknik aseptis:
- Meja
kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara,
misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu
dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang. Penggunaan kabinet biosafety
dapat menjaga dan mengatur aliran udara tetapi ini bukan merupakan suatu
jaminan mutlak dari resiko terkontaminasi.
- Pastikan
meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan
digunakan. Kultur tua atau pipet bekas seharusnya tidak berada di meja kerja.
Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.
- Usap
meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum
digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk
membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika
telah selesai bekerja, sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan
bersihkan lagi.
- Semua
peralatan (pipet, cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua
peralatan yang telah disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang
sepertinya telah disterilisai tapi masih ragu terhadap sterilitasnya maka
sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik alat steril sekali pakai atau
bukan (pipet, syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu apakah terdapat kebocoran
atau tersobek.
- Atur
peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan
tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum
inokulum, filler, pipet dll.) letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya
(rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.) terkecuali untuk tangan kidal. Di
bagian tengah meja kerja disediakan ruang lapang untuk bekerja.
- Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
- Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.
- Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.
- Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.
- Pakai
sarung tangan lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu
melindungi dari tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan
sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti
dipastikan tidak berbahaya.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.
Saran-saran teknik aseptis:- Minimalisasi gerak : pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat pergerakannya semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.
Saran-saran teknik aseptis:- Minimalisasi gerak : pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat pergerakannya semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.
- Minimalisasi
jarak: jarak antar peralatan diatur seefektif dan seefisien mungkn. Antar
peralatan jangan diletakkan terlalu jauh.
- Minimalisasi
keterpaparan : semakin sering menggerakkan sesuatu (mis: cawan berisi media)
melewati udara maka semakin besar partikel udara untuk masuk. Semakin lama
tutup erlenmeyer terbuka juga semakin besar terkontaminasi.
Catatan
penting dalam kerja aspetis :
- Tutup
erlenmeyer, botol atau cawan sebaiknya dibuka kira-kira 450. tujuannya untuk
meminimalisasi udara masuk namun masih dapat mentransfer sesuatu.
- Jika
diharuskan untuk membuka penuh dan tutup diletakkan di meja kerja, maka tutup
dapat diletakkan tertelungkup atau terlentang (muka menghadap ke atas). Jika
tertelungkup pastikan permukaannya bersih dan bila terlentang pastikan juga
tidak ada gerakan di atasnya.
- Untuk
menghindari bakteri yang menempel pada jarum inokulum terpental/terciprat maka
diameter loops harus berkisar 2-3 mm dan untuk memperkecil getaran panjang
kawat tidak lebih dari 6cm.
- Tidak boleh
menyedot cairan pada saat pipeting dengan mulut.
- Untuk
menghindari penyebaran mikroba dari tetesan pipet yang terjatuh maka dapat
digunakan kain steril yang diberi desinfektan sebagai alas. Kain ini setelah
selesai dibuang sebagai limbah berbahaya.
BAB IV
KESIMPULAN
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile).
Teknik aseptis pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian dan
keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari
kontaminan yang dapat mencemari. Sedangkan, keduanya diperlukan untuk
ketelitian , keakuratan dan kesterilan dari kontaminan dari suatu perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R.M.1946. Handbook Of Microbiological Media
3th Edition. CRC Press: Amerika
Barker, Kathy. 1998. At The Bench, A Laboratory Navigator.
Cold Spring Harbor Laboratory Press, New York.
Donacki, Nanci. 2004. Aseptic techniques used by Cell Culture
specialists in handling products from and/or mammalian cells. http://protocol-online.org.
James, Daniel E.,
2008. Nine Safe
Practices for the Microbiology Laboratory Carolina
Biological Supply, Burlington, NC.John C. Schof ield, B.V.Sc., M.R.C.V.S.
Essentials for Animal Research:A Primer for Research Personnel : Principles of
Aseptic Technique.http://www.unmc.edu/Education
Suhardi, S.H., Koesnandar,
D. K. Indriani, H. Arnaldo. 2008. Biosafety
: Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit.
PT. Multazam Mitra Prima.
Curtis,
Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology
5th edition. Worth Publisher Inc. New York
Pelczar,
M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw
Hill Book Company. New York.
Komentar
Posting Komentar