Laporan Praktikum Ekofisiologi Tanaman "Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis terhadap Cekaman Kekeringan"
LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOFISIOLOGI
TANAMAN
RESPON PERTUMBUHAN
TANAMAN JAGUNG MANIS TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN
Disusun oleh:
Aprian Aji
Santoso A2A015005
KEMENTERIAN RISET,
TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI
PASCASARJANA
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena
rasanya enak, kandungan karbohidrat, protein serta kandungan gula relatif
tinggi tetapi kandungan lemaknya rendah. Jagung manis mempunyai rasa manis
karena kadar gulanya 5-6 % yang lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula
2-3 %. Tanaman jagung manis atau Sweet corn merupakan jenis jagung yang
mempunyai prospek cerah dikembangkan Indonesia. Selain itu umur panen lebih
pendek yaitu 60 – 70 hari setelah tanam sehingga sangat menguntungkan
(Sirajuddin, 2010). Hasil jagung manis saat ini dikonsumsi dalam berbagai
bentuk penyajian. Buah jagung manis sangat disukai dan biasanya disajikan dalam
bentuk jagung rebus dan jagung bakar. Selain itu sering juga ditemui dalam
bentuk gula jagung, susu jagung, dan perkedel.
Permintaan pasar terhadap jagung manis terus
meningkat dan peluang pasar yang besar belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan
petani dan pengusaha Indonesia karena berbagai kendala. Perlu adanya
peningkatan produktivitas dengan perluasan areal tanam ataupun dengan teknologi
pembudidayaannya. Masalah lain dalam pembubidayaan tanaman jagung yakni
kebutuhan air tanaman tersebut. Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna
mendukung program pengembangan tanaman jagung yakni dengan penyediaan air yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman (Ditjen Tanaman Pangan, 2005).
Kegiatan budidaya tanaman jagung di Indonesia hingga
saat ini masih bergantung pada air hujan. Upaya untuk mengatasi masalah
tersebut salah satunya dengan pengelolaan air secara optimal, yakni tepat
waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran, sehingga efisien untuk peningkatan
produktivitas tanaman (Muamar et al.,
2012). Menurut Hamim (2004) kondisi iklim global yang tidak menentu
mempengaruhi pertumbuhan dan menyebabkan penurunan produksi tumbuhan. Keadaan
kekeringan yang berkepanjangan akan menurunkan produksi pertanian, sehingga
menimbulkan kerawanan pangan.
Cekaman kekeringan menjadi salah satu kondisi yang
rentan terhadap penurunan produksi pangan. Hal tersebut mengakibatkan masalah
bagi tanaman pangan seperti jagung manis. Kondisi iklim Indonesia yang tidak
menentu serta sekaman kekeringan yang tinggi merupakan salah satu factor abiotic
yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas jagung manis. Oleh sebab itu,
perlu diketahui cara yang paling efektif untuk memanfaatkan kondisi air bagi
tanaman jagung manis.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum kali
ini adalah untuk mengetahui karakter morfo-fisiologis tanaman jagung manis yang
toleran terhadap pemberian cekaman kekeringan air pada kondisi 25%, 50%, 75%,
dan 100% kapasitas lapang.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Tim Karya Tani Mandiri et al. (2010), sistematika dari tanaman jagung manis dapat
digolongkan sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Spermatophyta
Sub Divisio :
Angiospermae
Klass :
Monocotyledoneae
Ordo :
Graminales
Famili :
Graminaceae
Genus :
Zea
Species :
Zea mays Saccharata Sturt
Tanaman jagung manis termasuk jenis tumbuhan
semusim. Akar tanaman jagung manis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada
kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak,
sedangkan pada tanah yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas.
(Tim Karya Tani Mandiri et al., 2010).
Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol
yang tersusun. Kemudian pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yang
menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang
hingga keluar dari pembungkus buah jagung. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk
dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan bewarna
jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi
kriput dan berkerut. Tanaman jagung manis mempunyai daun cukup banyak,
tingginya sedang, dengan warna biji kuning atau putih, bahwa jagung manis
hampir mirip dengan jagung normal, hanya telah kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan pati dengan sempurna atau dengan kata lain tidak dapat
mensientesis pati dengan efisien (Tim Karya Tani Mandiri et al.,2010).
Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat
silindris, tidak berlubang, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas, bahkan
tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter 2 cm sampai 3 cm.
Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
tanaman tanaman jagung manis sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1 m sampai 3 m tergantung dari varietas (Tim Karya Tani
Mandiri et al., 2010).
Daun jagung manis adalah daun sempurna jagung manis
terdiri dari beberapa struktur yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga
daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang
tanaman jagung, sedangkan lidah daun terletak di atas pangkal batang, telinga
daun bentuknya seperti pita yang tipis dan memanjang. Jumlah daun tiap tanaman
bervariasi antara 8-48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12-18 helai,
bergantung varietas dan umur tanaman (Tim Karya Tani Mandiri et al., 2010).
Bunga tanaman jagung manis bila dilihat dari sifat
penyerbukannya termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini
bersifat monoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah pada bunga yang
berbeda tapi masih dalam satu individu tanaman. Bunga jantan jagung berinduk
malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal dan terletak pada ujung
batang. Bunga betina keluar dari buku-buku berupa tongkol, tangkai putik pada
bunga betina menyerupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik
keluar dari tongkol untuk menangkap serbuk sari(Tim Karya Tani Mandiri et
al., 2010).
Untuk memperoleh hasil yang maksimum tanaman juga
membutuhkan air yang kontinyu. Curah hujan yang ideal sekitar 600 mm – 1200 mm
per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam.Tanaman jagung manis
sebagai daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi
apabila tanaman dan pemeliharaan dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan
baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 21 – 30 0C,
pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m diatas permukaan laut (Tim Karya
Tani Mandiri et al., 2010). Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan
pH antara 5,6 sampai 7,5. Tanaman jagung manis dapat tumbuh diberbagai macam
tanah, tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya.
Tanaman ini tanggap terhadap tingkat kesuburan tanah yang tinggi dan mempunyai
kebutuhan air tinggi pula, tetapi peka terhadap penyakit (Tim Karya Tani
Mandiri et al.,2010).
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan
di Laboratorium dan Rumah Kaca Agroekologi Fakultas Pertanian Universitas
Jenderal Soedirman Kelurahan Karangwangkal Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten
Banyumas pada ketinggian tempat 110 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016.
B.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini meliputi benih jagung manis, pupuk N, P, K, dan pupuk
organic padat. Alat yang digunakan yakni polybag, ember, kamera, timbangan,
meteran dan ATK.
C.
Rancangan Percobaan
Praktikum ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) non Faktorial. Perlakuan yang diberikan yakni 4 taraf
kekeringan. Perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 16 polibag.
Perlakuan tersebut adalah:
K1 = 25% air kapasitas
lapang
K2 = 50% air kapasitas
lapang
K3 = 75% air kapasitas
lapang
K4 = 100% air kapasitas
lapang
D.
Variabel Pengamatan
Pengamatan dilakukan
hanya sampai fase akhir vegetatif atau fase awal generatif tanaman jagung
manis. Variabel yang diamati yakni sebagai berikut:
a.
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur setiap 1
minggu sekali mulai dari 1 minggu setelah tanam sampai dengan berbunga, diukur
dari permukaan tanah sampai dengan bagian tanaman tertinggi.
b.
Lingkar batang
Lingkar batang diukur setiap 1
minggu sekali mulai dari minggu ke-3 setelah tanam sampai dengan berbunga,
diukur dengan cara melingkari batang bagian tengah tanaman.
c.
Luas daun
Luas daun diukur setiap 1 minggu
sekali mulai dari minggu ke-1 setelah tanam sampai dengan berbunga, diukur
dengan cara menghitung panjang dan lebar daun pada bagian tengah tanaman dengan
koefisiensi 0,45.
d.
Jumlah daun
Jumlah daun diukur setiap 1 minggu
sekali mulai dari minggu ke-1 setelah tanam sampai dengan berbunga, diukur
dengan cara menghitung jumlah daun sempurna yang telah muncul.
e.
Morfologi Daun
Morfologi daun diukur setiap 1 minggu sekali mulai
dari minggu ke-4 sampai dengan berbunga, diukur dengan menghitung jumlah daun
yang menggulung.
f.
Umur berbunga
Umur berbunga diukur dengan cara mencatat waktu
bunga muncul.
E.
Analisis Data
Data hasil pengamatan
akan dianalisis menggunakan uji F pada taraf kesalahan 5%, apabila terdapat
perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan analisis regresi.
F.
Prosedur Kerja
1.
Tanah sebagai media tanam disiapkan,
dimasukan dalam polybag sebanyak 16 buah dengan bobot 12 kg masing-masing
polybag. Siram dengan air sesuai dengan perlakuan yang dicoba yaitu 25%, 50%,
75% hingga kapasitas lapang (100%).
2.
Penanaman dilakukan dengan membuat
lubang tanam di polybag sebanyak 3 lubang tanam sedalam 2 cm, setiap lubang
tanam diisi 1 benih jagung manis. Setelah tumbuh, dipilih satu tanaman saja
yang pertumbuhannya paling baik untuk diamati.
3.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea, SP36,
KCL dan pupuk organic padat. Pemupukan Urea dan SP36 dilakukan sebelum tanam
dan pada saat 14 hari setelah tanam, sedangkan pemupukan KCl dilakukan hanya
sekali pada saat tanam. Pemberian pupuk SP36 dengan cara disebar merata pada tanah sedangkan pemberian pupuk Urea, KCL
dan pupuk organik dengan cara diletakan pada larikan.
4.
Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Waktu penyulaman dilakukan 1 minggu
setelah tanam. Bahan sulaman diambil dari tanaman cadangan yang sama pertumbuhanya.
5.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan ketika gulma sudah mengganggu
pertumbuhan tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul.
6.
Pembumbunan
Pembumbunan adalah kegiatan menutup akar tanaman yang muncul kepermukaan
tanah dengan tujuan membuat akar tanaman semakin kokoh sehingga tanaman tidak
mudah roboh. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Pembumbunan
dilakukan dengan cara menggemburkan tanah menggunakan cangkul disekitar tajuk
tanaman kemudian ditimbunkan pada pangkal batang tanaman.
7.
Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama dilakukan
secara mekanik dengan mengambil dan mematikan hama atau membuangnya apabila
ditemukan hama di sekitar pertanaman. Pengendalian terhadap penyakit dilakukan
dengan cara membuang bagian tanaman yang terserang penyakit, agar tidak menular
ke tanaman yang lain.
8.
Pemberian perlakuan cekaman kekeringan
dilakukan mulai 20 HST sampai tanaman mulai berbunga. Pemberian air untuk
cekaman kekeringan dilakukan setiap 2-3 hari sekali.
9.
Pengamatan dilakukan sesuai variabel
yang diamati yaitu setiap 7 hari sekali
10. Hasil
pengamatan dicatat, kemudian data dianalisis.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Respon tanaman jagung
manis terhadap cekaman kekeringan pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun,
lingkar batang dan, luas daun selengkapnya disajikan pada Tabel 1. Hasil
analisis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun,
lingkar batang dan luas daun.
Tabel
1. Hasil analisis varian dari variabel pengamatan
No
|
Variabel
|
Perlakuan
|
1
2
3
4
|
Tinggi
tanaman (cm)
Jumlah
daun (helai)
Lingkar
batang (cm)
Luas
daun (cm2)
|
sn
sn
sn
sn
|
Keterangan:
sn= berbeda sangat nyata pada uji F dengan taraf kesalahan 5%.
Benih jagung manis yang
ditanam merupakan jenis jagung hibrida yang menghasilkan biji dengan rasa
manis. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan penyiraman sesuai dengan
perlakuan yang dicobakan untuk mendapatkan kadar lengas tanah sesuai dengan
yang diharapkan. Selama percobaan ini tidak dilakukan pengamatan faktor cuaca
dan faktor tanah yang digunakan. Pada akhir pengamatan tanaman mengalami
gangguan serangan hama ulat yang pengendaliannya dilakukan secara kimiawi
menggunakan insektisida organik.
Pengamatan pada umur 1
sampai 2 minggu setelah tanam (mst) belum menunjukkan adanya perbedaan
pertumbuhan tanaman. Pengamatan pada 3 mst mulai menunjukkan adanya perbedaan
pertumbuhan tanaman jagung manis, terutama mulai pada 5 mst dimana perlakuan
cekaman kekurangan air mulai dilakukan. Gambar 1A menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman jagung manis dengan perlakuan pemberian air 25% dari kapasitas lapang
mengalami cekaman kekurangan air yang terlihat dari morfologi lingkar batang
dan tinggi tanaman yang lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan jagung
manis pada Gambar 1B yang merupakan pelrkauan pemberian air 100% kapasitas
lapang.
Gambar
1. Pertumbuhan tanaman jagung manis pada perlakuan pemberian air 25% dari
kapasitas lapang (A) dan, pertumbuhan tanaman jagung manis pada perlakuan
pemberian air 100% kapasitas lapang (B).
Mulai dari awal
pengamatan hingga akhir pengamatan, serangan hama lebih banyak terjadi
dibanding dengan patogen. Hama yang menyerang yakni hama ulat (Gambar 2 A).
Ulat menyerang dengan memakan daun tanaman jagung manis (Gambar 2 B).
Gambar
2. Jenis hama ulat yang menyerang daun tanaman jagung manis (A) dan, kerusakan
akibat serangan ulat (B).
Pengendalian
hama dilakukan dengan penyemprotan menggunakan biopestisida alami (Gambar 3)
dengan menggunakan sprayer. Dosis yang digunakan sesuai petunjuk yang ada
dikemasan.
Gambar 3. Jenis biopestisida yang
digunakan untuk mengendalikan hama
Tinggi
tanaman
Tinggi tanaman jagung
manis yang diamati pada umur 6 minggu setelah tanam selengkapnya disajikan pada
Tabel 2.
Tabel
2. Tinggi tanaman jagung manis umur 6 minggu setelah tanam setelah perlakuan
cekaman kekeringan
No
|
Perlakuan
|
Tinggi Tanaman (cm)
|
1
2
3
4
|
K-25
K-50
K-75
K-100
|
89,20
128,48
164,08
187,53
|
Keterangan:
K-25= perlakuan pemberian air 25% dari kapasitas lapang. K-50= perlakuan pemberian
air 50% dari kapasitas lapang. K-75= perlakuan pemberian air 75% dari kapasitas
lapang. K-100= perlakuan pemberian air 100% dari kapasitas lapang (kontrol).
Hasil analisis pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan menurunkan tinggi
tanaman pada umur 6 minggu setelah tanam dibandingkan dengan kontrol (100% air
kapasitas lapang). Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada control atau
perlakuan 100% air kapasitas lapang dengan tinggi tanaman 187,53 cm, dan tinggi
tanaman terendah terdapat pada perlakuan 25% air dengan tinggi tanaman 89,20
cm. Hal tersebut diduga karena pada kondisi cekaman 25% dari kapasitas lapang
tekanan turgor tanaman jagung manis rendah karena minimnya air yang tersedia
sehingga proses pembelahan dan pemanjangan sel menjadi terhambat. Hasil
tersebut sesuai dengan pernyataan Kramer (1983), bahwa proses pembelahan dan
pembesaran sel hanya dapat terjadi pada tingkat turgiditas sel yang tinggi.
Lebih lanjut Muller (1979) menjelaskan bahwa tekanan turgor adalah tekanan aktual
yang dikeluarkan oleh protoplasma terhadap dinding sel, yang merupakan tekanan
hidrostatis dan sangat ditentukan oleh banyaknya air yang terkandung dalam
protoplasma dalam suatu waktu.
Gambar
4. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap tinggi tanaman jagung manis
Gambar
5. Tinggi tanaman jagung manis pada pemberian air 25% dari kapasitas lapang (A)
dan, tinggi tanaman jagung manis pada pemberian air 100% dari kapasitas lapang
(B).
Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin sedikit air yang
tersedia dalam tanah bagi tanaman semakin meningkatkan tinggi tanaman,
sedangkan gambar 5 menunjukkan morfologi tanaman dimana tanaman yang mengalami
cekaman air sebesar 25% pertumbuhan tinggi tanaman lebih pendek (Gambar 5A)
dibandingkan dengan tanaman yang diberi air 100% (Gambar 5B). Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman
kedelai menurun secara nyata dengan meningkatnya cekaman kekurangan air. Cekaman
air pada tingkat 60% menurunkan tinggi tanaman kedelai secara nyata. Salah satu
akibat cekaman kekeringan pada tanaman yakni penghambatan pertumbuhan (Lisar et al., 2012). Menurut Gardner et al. (1991), kekurangan air akan
mempengaruhi turgor sel sehingga akan mengurangi pengembangan sel, sintesis
protein, dan sintesis dinding sel.
Jumlah
daun
Jumlah daun jagung
manis yang diamati pada umur 6 minggu setelah tanam selengkapnya disajikan pada
Tabel 3.
Tabel
3. Jumlah daun jagung manis umur 6 minggu setelah tanam setelah perlakuan
cekaman kekeringan
No
|
Perlakuan
|
Jumlah daun (helai)
|
1
2
3
4
|
K-25
K-50
K-75
K-100
|
7
8
9
9,5
|
Keterangan:
K-25= perlakuan pemberian air 25% dari kapasitas lapang. K-50= perlakuan
pemberian air 50% dari kapasitas lapang. K-75= perlakuan pemberian air 75% dari
kapasitas lapang. K-100= perlakuan pemberian air 100% dari kapasitas lapang
(kontrol).
Hasil analisis pada
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan cekaman kekeringan menurunkan jumlah daun
tanaman jagung manis. Perlakuan pemberian air 25%, 50%, dan 75% dari kapasitas
lapang menurunkan jumlah daun jagung manis dibandingkan dengan kontrol 100% air
kapasitas lapang. Hal tersebut diduga karena kekurangan air menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat, salah satunya yakni jumlah daun. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh
tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan
tinggi tanaman, dan perbanyakan daun.
Berdasarkan
faktor genetiknya, daya adaptasi tumbuhan terhadap cekaman lingkungan
berbeda-beda. Sukarman et al. (2000) melaporkan
bahwa Vicia faba yang diberi perlakuan cekaman kekeringan akan
menunjukkan respon fisiologis daun yaitu menutupnya stomata, menurunnya jumlah
dan luas daun. Pengaruh cekaman air terhadap pertumbuhan tanaman tergantung
pada tingkat cekaman yang dialami dan jenis atau kultivar yang ditanam.
Pengaruh awal dari tanaman yang mendapat cekaman air adalah terjadinya hambatan
terhadap pembukaan stomata daun yang kemudian berpengaruh besar terhadap proses
fisiologis dan metabolisme dalam tanaman (Penny-Packer, et al., 1990).
Gambar
6. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap jumlah daun tanaman jagung manis
Semakin besar cekaman
kekeringan yang dialami oleh tanaman pada masa pertumbuhannya menyebabkan laju
pertambahan daunnya menjadi lebih kecil. Tanaman yang diberi perlakuan K4 (100%
kapasitas lapangan) memiliki jumlah daun yang terbanyak dan laju pertambahan
daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang mendapat air melalui
perlakuan K3 (75% kapasitas lapangan), K2 (50% kapasitas lapangan), dan K1 (25%
kapasitas lapangan). Cekaman
kekeringan merupakan keadaan dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang
minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Gardner et al., (1991) menyatakan bahwa pada stadium pertumbuhan vegetatif,
cekaman kekeringan dapat mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman, pembentukan
daun, dan pertambahan luas daun.
Lingkar
batang
Lingkar batang jagung
manis yang diamati pada umur 6 minggu setelah tanam selengkapnya disajikan pada
Tabel 4.
Tabel
4. Lingkar batang tanaman jagung manis umur 6 minggu setelah tanam setelah
perlakuan cekaman kekeringan
No
|
Perlakuan
|
Lingkar batang (cm)
|
1
2
3
4
|
K-25
K-50
K-75
K-100
|
2,73
3,15
3,50
4,30
|
Keterangan:
K-25= perlakuan pemberian air 25% dari kapasitas lapang. K-50= perlakuan
pemberian air 50% dari kapasitas lapang. K-75= perlakuan pemberian air 75% dari
kapasitas lapang. K-100= perlakuan pemberian air 100% dari kapasitas lapang
(kontrol).
Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian air 25%, 50%, dan 75% dari kapasitas lapang menurunkan lingkar batang
jagung manis dibandingkan dengan kontrol 100% air kapasitas lapang. Hal
tersebut diduga karena air yang kurang tersedia bagi tanaman menyebabkan
menurunnya laju fotosintesis yang berakibat pada sedikitnya asimilat yang
tersebar keseluruh bagian tanaman. Kramer (1983) mengatakan bahwa sebelum
berakibat pada penurunan fotosintesis, cekaman kekeringan terlebih dahulu
mempengaruhi daya hantar stomata, yaitu kemampuan stomata melewatkan gas
(terutama uap air) dan CO2. Pada kondisi tercekam kekeringan, stomata akan
menutup karena adanya akumulasi penimbunan asam absisat (ABA) serta akibat adanya
interaksi dengan suhu yang tinggi. Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin sedikit
air yang diberikan semakin menurunkan lingkar batang tanaman jagung manis.
Gambar
7. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap lingkar batang tanaman jagung manis
Luas
daun
Luas daun tanaman
jagung manis yang diamati pada umur 6 minggu setelah tanam selengkapnya
disajikan pada Tabel 5.
Tabel
5. Luas daun tanaman jagung manis umur 6 minggu setelah tanam setelah perlakuan
cekaman kekeringan
No
|
Perlakuan
|
Luas Daun (cm2)
|
1
2
3
4
|
K-25
K-50
K-75
K-100
|
55,92
86,63
130,16
195,17
|
Keterangan:
K-25= perlakuan pemberian air 25% dari kapasitas lapang. K-50= perlakuan
pemberian air 50% dari kapasitas lapang. K-75= perlakuan pemberian air 75% dari
kapasitas lapang. K-100= perlakuan pemberian air 100% dari kapasitas lapang
(kontrol).
Hasil analisis pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian air 25%, 50%, dan 75% dari kapasitas lapang menurunkan luas daun
jagung manis dibandingkan dengan kontrol 100% air kapasitas lapang. Hal
tersebut diduga karena turgiditas sel-sel tanaman menurun bahkan hilang
sehingga luas daun tanaman yang mendapat perlakuan cekaman air 25%, 50%, dan
75% memiliki luas daun lebih kecil dibandingkan dengan luas daun tanaman jagung
manis yang mendapat perlakuan 100%. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
Mapegau (2006) yang menyatakan bahwa luas daun kedelai menurun secara nyata
dengan meningkatnya cekaman kekurangan air. Cekaman air pada tingkat 60%
menurunkan luas daun tanaman kedelai secara nyata. Sukarman et al. (2000) melaporkan bahwa Vicia
faba yang diberi perlakuan cekaman kekeringan akan menunjukkan respon
fisiologis daun yaitu menutupnya stomata, menurunnya jumlah dan luas daun.
Gambar
7. Pengaruh cekaman kekeringan terhadap luas daun tanaman jagung manis
Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin rendah air yang
tersedia di tanah semakin menurunkan luas daun tanaman jagung manis. Menurut Tso (1972) tanaman membutuhkan cukup
air untuk mempertahankan turgor dan perluasan daun. Turgor adalah penentu utama
pertumbuhan, perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan, perluasan
daun dan berbagai aspek metabolisme tanaman. Penutupan dan pembukaan stomata
banyak dikendalikan oleh tersedianya air.
Hilangnya turgiditas akan menghentikan pertumbuhan
sel (penggandaan dan pembesaran) dan mengakibatkan terhambatnya penambahan luas
daun (Islami dan Utomo, 1995). Vergara (1995) mengatakan bahwa laju penurunan
luas daun secara nyata merupakan salah satu mekanisme penyesuaian morfologi
karena dapat mengurangi kehilangan air lewat transpirasi, sehingga daun
terutama bagian muda tidak mengalami kerusakan. Sedangkan Barlow dan Boersma (1976)
mengatakan bahwa kepekaan penurunan luas daun terhadap kondisi kekeringan
terjadi karena penurunan tekanan turgor sel daun akibat terjadinya penurunan
kadar air daun. Hal ini apabila berlanjut akan menghambat penyerapan CO2 oleh
stomata, sehingga mengakibatkan laju fotosintesis menjadi turun. Penurunan luas
daun yang lebih awal pada padi gogo bila dihadapkan pada kondisi kekeringan
merupakan salah satu kemampuan tanaman untuk mempertahankan potensial air sel
tetap tinggi selaras dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan, sehingga
turgor sel tetap tinggi dengan cara mengurangi kehilangan air.
Umur berbunga
Pengamatan sampai dengan umur tanaman 7 minggu
setelah tanam menunjukkan bahwa tanaman dengan perlakuan 100% air berbunga
lebih awal dibanding perlakuan 25%, 50%, dan 75%. Hal tersebut diduga karena
pada tanaman yang kekurangan air merespon dengan cara mengurangi aktivitas metabolism
biokimiawi sehingga menghambat umur berbunga tanaman jagung manis. Purwono dan Hartono (2005) mengatakan bahwa
jagung membutuhkan air yang cukup banyak terutama pada saat pertumbuhan awal, pembungaan
dan saat pengisian biji. Kekurangan air pada stadium tersebut akan menyebabkan
hasil yang menurun. Tanggapan pertumbuhan dan hasil tanaman terhadap cekaman
air tergantung pada besarnya cekaman air dan periode pertumbuhan terjadinya
cekaman air (Doorenbos dan Kasam, 1979).
Morfologi daun
Pengamatan terhadap morfologi daun terutama variabel
pengguungan daun menunjukkan bahwa tanaman dengan perlakuan cekaman kekeringan
25% dari kapasitas lapang mengalami penggulungan daun tercepat dibandingkan
dengan perlakuan lain.
Tanaman mempunyai mekanisme untuk mengkompensasi
dengan pengaruh cekaman yang merusak pada skala waktu yang berbeda, tergantung
pada proses fisiologi yang dipengaruhi dan sifat cekaman. Menurut Haryati
(2008) kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Penggulungan daun dapat
memperkecil luas permukaan daun yang terpapar pada sinar matahari, sehingga
mengurangi laju transpirasi pada tanaman. Berkurangnya laju transpirasi akan
membantu tanaman untuk bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu pada saat
berkurangnya ketersediaan air di lingkungan. Gejala layu pada daun atau
terjadinya dehidrasi pada daun menunjukkan adanya kekurangan air pada tanaman
(Adisyahputra et al., 2011).
Kekurangan air di daun menyebabkan sel-sel penjaga (guard
cells) kehilangan turgor sebagai mekanisme kontrol sederhana untuk
memperlambat transpirasi dengan menutup stomata. Pertambahan ukuran sel
merupakan proses yang bergantung pada turgor sehingga menghambat pertumbuhan
daun muda dan memperlambat perluasan permukaan daun (Campbell et al.,
2012). Pengurangan kehilangan air dapat dilakukan dengan cara penggulungan
daun, penutupan stomata, penurunan potensial air daun (Adisyahputra et al.,
2011), pengurangan luas daun, percepatan pengguguran daun yang selanjutnya akan
mengurangi total fotosintesis dan produksi biomassa (Bouman dan Tuong 2001). Daun
yang menggulung menyebabkan luas permukaan daun yang tak terlindung menjadi
lebih kecil sehingga transpirasi menurun. Penggulungan daun mengakibatkan penurunan
indeks luas daun dan tingkat penerimaan cahaya yang selanjutnya akan menurunkan
laju fotosintesis (Campbell et al., 2012).
V. SIMPULAN DAN
SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpukan bahwa:
1.
Perlakuan cekaman kekeringan kurang dari
100% kapasitas lapang menurunkan pertumbuhan tanaman jagung manis.
2.
Perlakuan cekaman kekeringan 25%, 50%,
dan 75% menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, lingkar batang, luas daun.
3.
Perlakuan cekaman kekeringan 25%, 50%,
dan 75% menunda umur berbunga tanaman jagung manis
4.
Perlakuan cekaman kekeringan 25%
menyebabkan penggulungan daun.
B.
Saran
Perlu dilakukan
pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme fisiologi tanaman yang
mengalami cekaman kekurangan air.
DAFTAR
PUSTAKA
Untuk permohonan daftar pustaka acuan, silahkan hubungi penulis di e-mail aprisantoz@gmail.com.
Komentar
Posting Komentar